Not A Girl, Not Yet A Woman.

Categories: Blog,Woman

Frase itu terdengar nyaring di telinga saat usia saya mulai beranjak ke angka dua puluhan. Bahkan Britney Spears, idola remaja itu pun menyanyikannya, seolah-olah ini jeritan hati semua gadis di seluruh dunia. Dan saya yakin, kamu juga pernah mendengarnya. Frase ini diucapkan untuk menggambarkan posisi kita pada tangga kehidupan. Ya, syukurlah, kita sudah berhasil meninggalkan masa remaja yang cukup menguras energi, tetapi sayangnya, kita juga tak bisa dibilang sudah benar-benar dewasa. Dan, berada di ‘tengah-tengah’ seperti ini selalu menjadi hal yang menyebalkan, bukan. Meskipun, terkadang juga sebuah ‘keuntungan’ tersendiri.

Saat sebuah masalah terjadi misalnya, kita tak harus menghadapi semuanya sendirian. Setidaknya papa dan mama akan selalu bersama-sama dengan kita, every step of the way. Dan meskipun masalah itu terjadi sebagian karena kesalahan kita, mereka akan berusaha memaklumi. Ya, kita mendapatkan banyak sekali kata ‘maklum’ pada masa-masa ini. ‘Maklum’ melindungi kita dari kewajiban untuk bertanggung jawab secara penuh terhadap masalah-masalah yang kita hadapi. Intinya, pada usia-usiamu, kesalahan-kesalahan akan dimengerti, kegagalan dianggap manusiawi .  Menurut saya, itu hal yang cukup menenangkan hati. Walau bukan berarti kita lalu berlomba-lomba untuk melakukan kesalahan. Karena akan tiba masanya, di mana kita harus bertindak untuk diri kita sendiri. We have to speak for our own. Oleh sebab itu, kalau hari ini kita tak harus menanggung sendirian semua masalah yang seharusnya kita hadapi, don’t get too excited, itu hanya berarti kita harus lebih siap menghadapinya nanti.

Namun, sisi yang paling tidak menyenangkan dari berada di ‘tengah-tengah’, ketika kita mulai ingin disebut wanita –daripada gadis– adalah terlalu banyaknya pertanyaan yang muncul di dalam otak kita. Terutama pertanyaan soal jalan yang akan kita tempuh, arah yang kita ambil, dan akan menjadi wanita seperti apakah kita nanti. Semua pertanyaan soal masa depan itu biasanya muncul bersamaan, dan semuanya seolah-olah menuntut jawaban dengan segera. Lagipula ini bukan pertanyaan-pertanyaan kanak-kanak soal cita-cita, yang jawabannya semudah: menjadi dokter, atau dosen, atau presiden. Ini adalah pertanyaan tentang hidup. Dan hidup seperti apa yang ingin kita miliki. Itu sebabnya, lebih sering daripada jarang, kamu jadi bingung dan frustasi dengan pertanyaan-pertanyaan itu. Para psikolog sering menyebut fase peralihan ini sebagai ‘masa pencarian identitas diri’. Saya lebih senang menyebutnya ‘sebuah petualangan hidup yang mendebarkan!’

Tetapi tentu saja dalam setiap petualangan, kamu butuh peta dan kompas agar kamu tak tersesat atau salah memilih jalan. Supaya perjalananmu tetap aman sampai ke tujuan, tidak menjadi sebuah usaha penyelamatan diri dari tebing yang curam. Nah, anggap saja, beberapa langkah berikut ini, adalah peta dan kompasmu menuju masa depan. Beberapa langkah sederhana yang dapat membantumu melalui fase penuh pertanyaan ini dengan selamat.

1. Tidak Usah Berusaha Menjawab Semuanya Sekarang.

Tidak semua pertanyaan harus dijawab saat ini juga. Malah kebanyakan, pertanyaan-pertanyaan yang muncul dalam kehidupan, baru terjawab beberapa tahun kemudian, atau malah berpuluh-puluh tahun setelah kamu menanyakannya kepada Yang Kuasa. Yang terpenting saat ini, justru bukan menjawab semua pertanyaan, tetapi mengumpulkannya. Nanti, dalam perjalanan hidupmu, kamu pasti akan menemukan jawaban demi jawaban. Ingat waktu kita kecil, ada permainan mencocokkan gambar yang sangat mengasyikkan. Kita menarik garis dari kolom A ke kolom B, untuk mencocokkan gambar di kolom A dengan gambar di kolom B. Sendok dan garpu, amplop dan perangko, piring dan gelas. Seperti itulah kehidupan. Seiring dengan waktu, kamu akan menarik garis-garis, dan kamu akan menemukan jawaban dari pertanyaan-pertanyaanmu, yang tidak selalu datang dalam urutan yang sama. Kadang pertanyaan yang baru saja muncul dalam benakmu terjawab lebih cepat daripada pertanyaan yang sudah lusuh dalam tumpukan pertanyaan lain di dalam hatimu. Tapi pada akhirnya, kita pasti akan menemukan jawaban-jawaban yang ‘cocok’.

Nah, sekarang, yang lebih penting adalah bagaimana kamu benar-benar menjalani kehidupanmu saat ini dengan maksimal. Lakukanlah yang terbaik dalam apapun yang sudah dipercayakan kepadamu, apakah itu kuliah, keluarga, karir, atau cinta. Itulah jawaban yang boleh kamu ketahui untuk saat ini. Kamu punya keluarga yang menyayangimu, karir yang kamu sukai, dan cinta atau persahabatan orang-orang di sekitarmu. Pergunakanlah itu menjadi kekuatan untuk kamu melangkah ke depan. Dan menemukan jawaban-jawaban lainnya.

2. Cari Lebih Dalam.

Meski kamu tak harus menjawab semua pertanyaan sekarang, tidak berarti lalu kamu puas dengan kehidupan, dan memilih diam di depan televisi sambil makan pop corn. Sama sekali tidak. Terobosan-terobosan dalam hidup tak akan datang kepada penonton, non. Kesempatan-kesempatan emas hanya akan mendekat ke mereka yang berusaha meraihnya.

So, justru dalam masa-masa ini, carilah lebih dalam. Berjalanlah lebih jauh, dalam petualanganmu mencari identitas diri. Jangan puas dengan apa yang kamu lihat di depan. Dan jangan puas dengan apa yang kamu lihat di kaca, atau malah menjadi terintimidasi karenanya. Di dalam kamu, ada potensi yang begitu besar, yang masih belum tergali, yang jauh lebih bernilai dari apa yang kasat mata. Dan saat kamu menemukannya, mengembangkannya, memaksimalkannya, kamu benar-benar akan meraih kehidupan yang kamu impikan, atau malah yang belum terpikirkan olehmu. So, dig deeper, my friend!

3. Menjadi Ibu Untuk Sesuatu Yang Lebih Besar.

Ini clue-nya, kalau kamu bingung. Yang pasti, kamu tidak semata-mata ditakdirkan menjadi ibu dari anak-anakmu. Meskipun, itu adalah tugas utama seorang wanita, dan juga yang paling mulia (jadi kamu harus bangga menjadi seorang ibu ya). Siapa tak ingin berjumpa dengan seorang pangeran berkuda putih dan menikahi dia, lalu melahirkan putra-putri dan hidup bahagia selamanya. Bukankah itu adalah impian setiap wanita? Atau sekalipun kamu tak pernah mengimpikannya, sekali waktu, kamu pasti pernah memikirkannya, kan.

Namun bukan itu saja takdirmu. Kamu direncanakan untuk menjadi lebih daripada itu. Dan percaya tidak percaya, kebahagiaan yang sesungguhnya, adalah ketika kamu dapat membagi kebahagiaan itu pada orang lain. Dan jika kamu bertanya-tanya bagaimana caranya membagi kebahagiaan itu, well, jawabannya sederhana. Jadilah ‘ibu’ bagi banyak hal yang dibutuhkan oleh bangsa ini; Ibu bagi pelestarian budaya. Ibu bagi kehidupan berpolitik yang bersih dan kondusif. Ibu bagi perubahan. Ibu bagi pemerintahan yang adil dan benar. Ibu bagi peningkatan kualitas pendidikan masyarakat. Ibu bagi kesehatan ekonomi massa. Ibu bagi kesejahteraan bangsa. Ibu, bagi generasi-generasi yang akan datang.

Kamu siap? Sebuah kehidupan yang besar menunggumu! Jadi saatnya kamu menoleh ke kiri dan ke kanan, ke segala arah yang tak pernah kamu lihat sebelumnya, sambil mencari, adakah di sekitarmu sebuah kehidupan yang membutuhkan seorang ‘ibu’? Dan mulailah lakukan sesuatu.

4. Berdampak, Bukan Populer.

Memang sulit untuk membedakan, apakah kamu ingin menjadi orang yang berdampak, atau orang yang populer. Ada garis tipis yang hampir tak kelihatan, di antara berdampak dan populer. Tapi mari kita menggunakan teori ‘belum tentu’. Populer, belum tentu berdampak. Tetapi menjadi orang yang berdampak, tentu akan membawa popularitas yang baik dengan sendirinya.

Artinya, jangan mencari kehidupan yang populer, karena pada akhirnya kamu tak akan menemukan apa-apa di ujung perjalanan, selain popularitas yang menurun ketika waktumu senja. Tetapi carilah dan capailah kehidupan yang berdampak. Yang punya pengaruh bagi mereka yang ada di sekitarmu, dan yang membangun mereka menjadi orang yang lebih baik. Maka niscaya, kamu akan bertumbuh menjadi wanita-wanita dewasa yang dapat menjadi panutan untuk jutaan generasi yang akan datang.

Jadi tidak ada yang salah dengan demikian banyaknya pertanyaan yang melingkupimu saat ini. Kemasi pertanyaanmu dan masukkan dalam kapsul waktu. Biarkan hidup maksimalmu yang menjawabnya. Selamat berpetualang, wanita-wanita muda yang hebat!

Author: Sarah A. Christie

Leave a Reply